Day: 30 September 2017

Seputar Cacing, Cacingan dan Pengobatannya [Bag.3]

Posted on

Tidak jarang kita merasa heran dengan anjing-kucing peliharaan kita, beberapa saat yang lalu sudah diberikan obat cacing, namun tidak lama kemudian kita ketahui terlihat lagi ada cacing pada muntahan, terlihat cacing pada feses dan bahkan terlihat potongan cacing pita di rambut sekitar anus. Pada tulisan saya sebelumnya sudah kita bahas tentang jenis-jenis cacing, lokasi hidup dan ciri-cirinya. Dalam tulisan kali ini akan kita bahas tentang uniknya (pola) pengobatan cacing, mengingat masing2 cacing memiliki sensitifitas pada jenis obat serta siklus hidup dan kepekaan yang berbeda.

Pada umumnya obat cacing bekerja dengan cara melumpuhkan sistem syaraf cacing dewasa dan bukan mematikan stadium telur, untuk itu perlu dievaluasi metode ulangan untuk mengobati larva yang baru menetas sebelun akhirnya bertelur lagi.

Jenis zat aktif pada obat cacing yang sering digunakan di Indonesia adalah Pyrantel, Mebendazole, Albendazole, Febantel bekerja melumpuhkan sistem syaraf hanya pada jenis cacing gilig (roundworm) yakni Genus Toxocara Sp. (Toxocara cati & Toxocara leonina) sedangkan untuk jenis cacing pita (Dipylidium) tidak mampu dilumpuhkan oleh jenis zat aktif diatas, namun bisa dilumpuhkan oleh zat aktif Praziquantel dan Dichlorphen.

Beberapa merk obat yang sering kita gunakan antara lain:

  1. Combantrin-Pfizer (Pyrantel) : efektif untuk mengobati cacing gilig (Toxocara)
  2. Drontal Cat-Bayer (Praziquantel-Pyrantel) efektif untuk mengobati cacing gilig (Toxocara) dan cacing pita (dipylidium)
  3. Vermox (Mebendazole) hanya efektif mengobati cacing gilig
  4. Drontal Plus-Bayer dan Cazitel Plus-Zoetis (Pyrantel, Praziquantel dan Febantel). Efektif untuk mengobati cacing gilig, pita, bahkan efektif untuk cacing kait (Ancylostoma) dan cacing lambung (Phisaloptera).

Konkretnya untuk mencapai keberhasilan pengobatan cacing ini perlu diperhatikan / dilakukan:

  1. Pengenalan gejala yang tampak (ada di tulisan sebelumnya)
  2. Pengenalan jenis cacing yang menginfeksi (ada di tulisan sebelumnya)
  3. Kombinasi pengobatan khususnya untuk jenis Dipylidiun caninum yang bisa menular melalui kutu, bisa memanfaatkan preparat spray atau tetes seperti Frontline atau Revolution
  4. Pengulangan pengobatan akan lebih baik jika gejala yang tampak sudah sangat parah dan kronis
  5. Perbaikan manajemen perawatan, kandang, pakan dan jangan lupa sebaiknya bak pasir, pasir diganti yang baru serta kandang beserta perlengkapan lainnya juga di cuci bersih
  6. Dosis dan kandungan harus tepat. Dosis berkaitan dengan berat badan pasien sedangkan kandungan zat aktif berkaitan dengan jenis cacing yang menginfeksi.

Konsultasikan dengan dokter hewan atau bila perlu ikuti saran dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan feses, guna meneguhkan diagnosa dan mengetahui jenis cacing yang menginfeksi.

Oleh: Drh. Risa Isna Fahziar
Klinik Hewan Sahabat Satwa Banyuwangi
PDHI Jatim IV