Birokrat

Tingkatkan Profesionalitas, PDHI Jatim IV Selenggarakan Seminar Berkelanjutan

Posted on Updated on

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Dalam menjamin kompetensi dalam pelayanan, serempak dokter hewan yang terhimpun dalam PDHI Jatim IV menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan dengan topik “Mewujudkan profesionalitas dokter hewan dalam menghadapi persaingan global”. Seminar yang berlangsung 24 Maret 2018 itu menghadirkan tokoh hebat dalam profesi yakni Drh. R.D. Wiwiek Bagja; Drh. Cucu Kartini Sajuthi; dan Drh. Muhammad Munawwaroh, MM.

Turut juga hadir peserta dari sejawat dokter hewan Jember, Situbondo, Bondowoso dan juga mahasiswa yang antusias meningkatkan ilmu dengan standart profesional. Semua yang hadir tampaknya juga larut dalam sesi diskusi saat Drh. R.D. Wiwiek Bagja yang juga menjadi Dewan Penasehat PB PDHI menjelaskan betapa vitalnya peran dokter hewan masa kini. Setelah melalui banyak perjuangan melalui keputusan perundang-undangan serta payung hukum tindakan dokter hewan menjadi lebih profesional dan diakui masyarakat.

Seminar ini memang mengambil topik profesionalitas dokter hewan karena melihat semakin tingginya layanan dokter hewan dari luar yang ingin praktik di Indonesia. Dokter hewan Indonesia dituntut untuk meningkatkan kualitas layanan, edukasi kepada masyarakat serta standart pelayanan medik yang ideal.

“Akan ada seminar selanjutnya yang akan kami selenggarakan untuk memperkuat wawasan dokter hewan terutama di Banyuwangi”, jelas Dokter Santika selaku ketua pelaksana. Topik yang akan datang terutama untuk penanganan penyakit hewan yang bersifat strategis dan berpotensi secara ekonomi bagi daerah Banyuwangi. (one)

Peringati Hari Rabies Sedunia dengan Aksi dan Vaksinasi Gratis

Posted on Updated on

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Memperingati hari rabies sedunia atau World Rabies Day (WRD), PDHI Jatim IV bersama civitas akademika kedokteran hewan PSDKU Universitas Airlangga dan Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan aksi dan vaksinasi gratis. Peringatan WRD 2017 merujuk pada peran aktif profesi dokter hewan yang sangat vital dalam mencegah bahaya penyakit rabies. Rabies sendiri merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus terutama menyerang hewan karnivora dan bertulang belakang dengan perantara kelelawar.

Sudah bertahun-tahun Indonesia terus memerangi penyakit zoonosis ini. Masih ada beberapa pulau yang nyatanya belum bebas dari rabies, bahkan bebas bersyarat vaksin untuk mencegah masuknya rabies yang setiap saat bisa mewabah. Begitu strategisnya penyakit rabies sehingga peran dokter hewan dalam menjaga di pintu masuk arus persebaran hewan menjadi sangat penting.

Banyuwangi sendiri tercatat secara geografis berdekatan dengan Pulau Bali yang notabene masih belum bebas rabies. Sebagai kabupaten yang terletak paling timur di Jawa Timur dan berbatasan dengan Bali, tentu Banyuwangi bisa berpotensial tersebar penyakit rabies. Sosok dokter hewan di PDHI Jatim IV, bidang kesehatan hewan Dinas Pertanian dan seluruh civitas mahasiswa kedokteran hewan harus memikul tanggung jawab besar untuk menjaga di pintu pertama agar rabies tidak sampai masuk ke Jawa Timur.

“Kegiatan ini merupakan kerja sama antara mahasiswa kedokteran hewan UNAIR PSDKU Banyuwangi, PDHI Jatim IV dan Dinas Pertanian yang focus untuk memperingati hari rabies sedunia”, sambut Dokter Bodhi selaku narasumber kegiatan.

Dalam aksi kali ini upaya terus dilakukan dalam bentuk aksi sosialisasi dan mengedukasi agar masyarakat paham akan bahaya rabies dan bagaimana cara menanggulangi penyakit yang bisa mematikan pada manusia ini. Tindakan pertama ketika manusia mendapat gigitan hewan penderita rabies dan penanganan pada hewan yang suspect rabies juga menjadi focus PDHI bersama seluruh lembaga yang berwenang di bidang kesehatan. Vaksinasi massal secara gratis juga digelar untuk hewan kesayangan anjing dan kucing milik masyarakat Banyuwangi agar kelak tumbuh kesadaran betapa pentingnya mencegah daripada terinfeksi virus penyebab rabies.

“Kami akan terus mengoptimalkan peran dokter hewan di PDHI Jatim IV dan para mahasiswa agar bisa terus berjuang menjaga Banyuwangi bebas dari Rabies serta memberikan rasa aman pada manusia”, lanjut Dokter Bodhi dalam kegiatan tersebut. (one)

Sebar Dokter Hewan Selama Idul Adha Untuk Menjaga Keamanan Daging Kurban

Posted on Updated on

IMG-20170913-WA0007
Pemeriksaan post mortem pada hewan kurban

Hari Raya Idul Adha menjadi aktivitas rutin tahunan yang dirayakan umat muslim di Indonesia. Hari raya untuk berkurban ini senantiasa menjadi pusat perhatian karena aneka jenis hewan kurban seperti sapi, kambing, domba dan unta disembelih untuk selanjutnya dibagikan ke masyarakat. Dokter hewan di Banyuwangi tentu memiliki tugas besar untuk menjaga agar hewan kurban yang akan disembelih dan akan disebarkan ke masyarakat memang layak untuk dikonsumsi dan bebas dari penyakit.

Aktivitas diawali pemeriksaan ante mortem untuk menilai kelayakan hewan kurban sebelum disembelih. Pemeriksaan yang meliputi kondisi fisik hewan, kesehatan secara klinis, usia hewan hingga riwayat kesehatan hewan menjadi perhatian serius dari dokter hewan di Banyuwangi. Berlanjut ketika hewan usai disembelih, masih ada aktivitas pemeriksaan post mortem untuk menilai kelayakan sebelum daging diedarkan ke masyarakat.

Dokter hewan PDHI Jatim IV yang disebar ke setiap kecamatan di Banyuwangi menilai secara umum daging hewan kurban di Banyuwangi layak untuk dikonsumsi karena tidak ditemukan potensi penyakit strategis berbahaya. Hanya saja masyarakat tetap harus waspada keberadaan cacing hati yang tetap ditemukan pada organ hati hewan sehingga disarankan untuk tidak mengkonsumsi bagian tersebut. Aspek Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS) tetap dijunjung oleh dokter hewan di Banyuwangi agar setiap daging kurban yang diedarkan ke masyarakat layak dikonsumsi.

“Pemeriksaan ante dan post mortem ini merupakan upaya kami bersama untuk menjaga agar masyarakat merasa nyaman dan mengkonsumsi daging yang sesuai kaidah Halal, Aman, Utuh dan Sehat”, terang Dokter Yeni. Jangan sampai karena lokasi Banyuwangi yang terletak di ujung Jawa Timur dan berbatasan dengan Pulau Bali menjadi sangat rentan penularan penyakit bersumber bahan asal hewan. “Kami akan berada di garis terdepan untuk mencegah penularan penyakit strategis dari luar yang masuk ke wilayah Banyuwangi”, pungkasnya. (one)